Share:

Antisipasi Lonjakan Harga Ayam Di Kaltara

-Selasa, 6 Agustus 2019

TANJUNG SELOR, Koran Kaltara – Kurang dari satu pekan ke depan, umat Muslim di Indonesia termasuk di Kalimantan Utara (Kaltara) akan merayakan Iduladha. Kebutuhan sembako bagi masyarakat selalu menjadi perhatian pemerintah, baik dari sisi ketersediaan maupun harga.

Di Kaltara, pemprov melalui instansi terkait dalam hal ini Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (Disperindagkop) dan UKM Kaltara; Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kaltara; dan instansi terkait tingkat Kota Tarakan, melibatkan Bank Indonesia (BI), Polda Kaltara hingga distributor daging ayam melaksanakan pertemuan mengantisipasi adanya lonjakan harga ayam.

Sesuai informasi yang diterima Disperidagkop di lapangan, sejumlah pedagang mengungkapkan adanya kenaikan harga dari distributor. Hal ini sekaligus mengantisipasi adanya lonjakan saat permintaan konsumen meningkat saat Hari Raya Kurban nanti.

“Hari Jumat 2 Agustus lalu di Tarakan kami laksanakan rapat. Isunya memang ada kenaikan dari distributor ke pedagang, dari Rp29 ribu menjadi Rp30 ribu. Pedagang sudah beri informasi bahwa harga itu bisa saja melonjak,” kata Kepala Disperindagkop Kaltara Hartono melalui Kasi Perlindungan Konsumen dan Pengawasan Septi Yustina, Senin (5/8/2019).

Dengan adanya pertemuan akhir pekan lalu, disepakati harga dari distributor kembali di angka Rp29 ribu per kilogram. Selanjutnya untuk harga eceran maksimal sebesar Rp45 ribu per kilogram. Harga tersebut tidak hanya berlaku untuk Kota Tarakan, melainkan rujukan bagi daerah lainnya seperti Bulungan, Tana Tidung, Malinau dan Nunukan.

“Untuk daerah lain, kurang-lebih sama. Tarakan jadi patokan karena Tarakan merupakan foto Kaltara untuk inflasi. Jadi fokusnya di Tarakan. Harga eceran maksimal Rp45 ribu itu juga sudah tuangkan ke dalam berita acara pertemuan,” sebutnya.

Atas dasar kesepakatan tersebut, jika ditemui ada pedagang yang menjual di atas harga, akan ditindak. Dikatakan Septi, maksimal penjualan Rp45 ribu per kilogram daging ayam, sesuai perhitungan bersama. Harga jual itu juga diyakini sudah mengtuntungkan pedagang. “Kalau melebihi harga, akan ditindak. Dan penindakan itu ada di Polda. Mereka juga ada hadir,” tegas Septi.

Untuk upaya pengawasan, pihaknya memastikan tim gabungan terus memantau pasar sampai pada H-1 Iduladha Tahun 2019. Bahkan, di lapangan, setiap daging ayam yang dijual akan diberikan label harga, sehingga tidak ada pedagang yang menjual dengan harga yang lebih tinggi. “Peran distributor dalam mengawasi pedagang juga penting. Seperti di Tarakan, ada 5 distributor, mereka harus kompak. Kita sama-sama harus menjaga, karena jika penjualan di atas Rp45 ribu, itu bisa saja memicu inflasi di Kaltara,” ungkapnya.

Selain ayam, harga cabe juga berpotensi mengalami kenaikan hingga Rp100 ribu per kilogram. Sedangkan untuk telur, bawang merah dan bawang putih, dari pantauan pihaknya masih dalam keadaan harga normal. “Kalau untuk daging itu ditangani Bulog. Harganya tergantung jenisnya, mulai dari Rp75 ribu sampai Rp80 ribu. Termasuk beras juga diakomodir oleh Bulog,” bebernya.

Sementara itu, ditanya soal ketersediaan jelang Iduladha, Septi menegaskan stok bahan makanan dan sembako tidak bermasalah. Bahkan ia menyebutkan, informasi dari BI pada Juli 2019 lalu, di Kaltara terjadi penurunan harga alias deflasi sebesar 0,64 persen. “Untuk Kaltara stabil persediaannya. Sempat langka itu gula karena harga di distributor sempat naik. Tapi saat ini sudah tidak ada masalah,” ungkapnya. (*)