
Ekonomi China Lesu, 27 Investor Malaysia Jajaki Kaltara
-Kamis, 20 Februari 2020
- Miliki Komoditas Potensial, Pemkot Dukung Perdagangan Resmi
TARAKAN, Koran Kaltara – Virus corona benar-benar membuat China harus berjibaku untuk mengatasi persoalan tersebut. Belum lagi dampak ekonomi yang dirasakan negeri itu yang semakin terpuruk. Akibatnya, pengusaha Malaysia yang biasanya menjalin bisnis di daratan China harus mencari alternatif pasar, salah satunya Indonesia. Sebanyak 27 investor asal Sabah, Malaysia melakukan penjajakan kerja sama dengan Tarakan, dan Kalimantan Utara (Kaltara) secara luas.
Pada September 2019 lalu, menteri Sabah Malaysia bertemu dengan Gubernur Kaltara dan Kalimantan Timur, untuk membangun satu komitmen memudahkan ekspansi pengusaha ke Kalimantan. Jika selama ini lebih banyak dilakukan ke China, Jepang, dan negara-negara maju lainnya, saat ini lebih memilih daratan Borneo.
“Kenapa melakukan ekspansi ke Kalimantan, karena efek ekonominya juga akan ke mereka. Awalnya mereka ragu, karena virus corona. Tetapi ada 27 pengusaha yang mau ikut melakukan perjalanan ke Kaltara dan Kaltim. Mereka telah membuka diri sejak China diserang oleh virus corona. Indonesia jadi prioritas, khususnya Kalimantan karena berdekatan. Populasi penduduknya juga banyak sehingga market juga lebih banyak,” terang Consulate General of The Republik of Indonesia Kota Kinabalu, Rima Diah Pramudyawati, di sela Business Matching delegasi pengusaha Sabah dengan pengusaha Kaltara di salah satu hotel ternama di Tarakan, Selasa (18//2020).
Meskipun memiliki peluang investasi yang baik, namun masih ada kendala yang ditakutkan oleh para pengusaha negeri Jiran tersebut, yaitu adanya aturan yang berbeda antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Oleh karena itu, dengan pertemuan seperti ini akan lebih mendekatkan para investor Sabah Malaysia ini mampu melakukan komunikasi dengan baik.
“Kami Consulate General Kinabalu memfasilitasi, supaya ada komunikasi mengenai kebijakan daerah masing-masing, sehingga akan ketemu jalan keluar. Apalagi sudah ada 20 tahun antara Indonesia Malaysia melalukan pembahasan perdagangan lintas batas. Makanya kita mengupayakan yang ilegal ini bisa menjadi legal. Apalagi kedua negara ini masing-masing saling membutuhkan makanya perlu kebijakan khusus perdagangan perbatasan,” urainya.
Belum lagi soal transportasi, alurnya harus dikirim dari Tarakan ke Surabaya – Singapura – Kinabalu, Sabah Malaysia. Rute ini sangat jauh sehingga sampai bisa lebih panjang selama 1 bulan. Padahal letak geografis antara Kaltara dengan Sabah lebih dekat.
“Potensi perdagangan yang bisa dilakukan adalah daging, ikan, sayur, dan buah-buahan yang jika dikirim via kapal, sebulan baru sampai. Padahal letak Tarakan dan Sabah cukup dekat jika dilihat dari peta. Untuk sementara, usulan para pengusaha Sabah, kapal feri yang sudah melayani Tarakan – Tawau bisa di-upgrade lebih besar dengan membawa penumpang dan barang. Uji coba perdagangan dilakukan skala kecil dulu. Setelah pasar terjalin dengan baik, baru dilakukan skala besar menggunakan kontainer,” ujarnya.
Sebanyak 27 pengusaha yang dibawa oleh Consulate General, terdiri dari berbagai bidang usaha seperti produk makanan, minuman, energi listrik, barang pecah-belah yang terbuat dari plastik dan lain sebagainya. Untuk saat ini populasi penduduk di Sabah mencapai 600 ribu sehingga menjadi pasar yang cukup potensial.
“Selama dua hari ini berada di Tarakan sudah ada ketertarikan untuk menanamkan modalnya di sini. Tetapi masih belum ada kejelasan soal regulasi karena aturan pemerintah pusat dengan daerah ada yang berbeda. Oleh karena itu, perlu ada pihak terkait untuk memberikan keyakinan kepada mereka bahwa Indonesia sangat mensuport rencana investasi,” ungkapnya.
Sementara itu, Wali Kota Tarakan Khairul mengatakan, pihaknya akan memberikan karpet merah kepada para investor yang akan membangun industri atau pabrik di Tarakan. Selain itu, pemerintah kota juga akan memfasilitasi upaya perdagangan secara resmi.
“Selama ini dilakukan sembunyi-sembunyi. Makanan dan minuman dari Malaysia kita maunya masuk secara resmi sehingga kedua negara saling diuntungkan, baik secara pajak maupun perlindungan konsumen serta dari segi bisnis. Produk kita juga diminati, terutama bidang perikanan. Kemarin, (saat) pameran di Sabah, (konsumen) minta bandeng tanpa duri 10 kontainer tetapi kita belum sanggup. Ini merupakan potensi yang harus diseriusi,” terangnya.
Terdapat beberapa investor Malaysia yang sudah menanamkan modalnya di Tarakan, khususnya di bidang perikanan. Selain itu, investor asal Taiwan dan Jepang juga sudah menggeluti bisnis perikanan di Tarakan.
“Kalau ada pengusaha Malaysia yang mau bangun pabrik sosis di Tarakan akan lebih baik. Nanti bisa dijual ke Kaltara, Balikpapan, Samarinda dan sekitarnya. Apalagi 2024 ibukota negara pindah ke Kalimantan Timur. Makanya pengusaha dan pemerintah daerah diminta untuk antisipasi menyiapkan cadangan makanan untuk mendukung ibukota negara,” ucapnya. (*)