Share:

Ekspor Rumput Laut Meningkat Sejak Tahun 2018

-Senin, 9 Maret 2020

TARAKANKoran Kaltara – Meski ekspor beberapa komoditas hasil laut di Kaltara mengalami penurunan, pasca-mewabahnya virus corona di China ternyata tidak berpengaruh dengan ekspor rumput laut. Khusus di Kaltara, perizinan keluar rumput laut kering di Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Tarakan tujuan ekspor ke Cina dan Korea Selatan.

BKIPM Tarakan sendiri terbagi dalam tiga wilayah kerja (wilker), yakni Nunukan, Sebatik dan Tanjung Selor. Kepala Seksi Pengawasan, Pengendalian dan Informasi BKIPM Tarakan, M.Roy Pahlevi menuturkan, hingga awal Maret ini, sudah ada peningkatan jumlah ekspor dari dokumen perizinan yang ada.

“Khusus yang melalui Pelabuhan Malundung, tidak ada yang langsung tertuju ke negara ekspor. Tapi, melalui lalu lintas domestik, transit di Makassar dan Surabaya,” ujarnya, saat ditemui, Kamis (5/3/2020).

Namun, berapa tonase domestik dari Kaltara yang diberangkatkan ke negara tujuan ekspor tidak bisa diketahui, karena melalui UPT selanjutnya di Surabaya dan Makassar yang mengeluarkan dokumen ekspor.

Sedangkan di Kaltara, rumput laut kering yang ekspor langsung melalui Pelabuhan di Nunukan, tujuannya ke Busan, Korea Selatan dan China. Bisnis rumput laut di Kaltara ini, sudah mulai ada sejak lima tahun terakhir, untuk data tiga tahun terakhir.

Sertifikat ekspor kepada PT. Sebatik Jaya Mandiri yang sudah diterbitkan BKIPM Tarakan, untuk produk rumput laut kering mengalami peningkatan sejak tahun 2018 .

“Data terkait ekspor di Nunukan, baru mulai operasional menerbitkan dokumen karantina mulai tahun 2018. Pertama ekspor ke China dengan 26,5 ton di tahun 2018, kemudian ke Busan Korea Selatan sebanyak 186 ton. Tahun ini, tujuannya ke Busan, Korea Selatan hingga awal Maret ini saja sudah sebanyak 179 ton,” jelasnya.

Ia menyebutkan, identifikasi kenapa ekspor ke Cina sudah tidak ada, lebih dikarenakan urusan bisnis, bukan karena masalah virus corona, karena pengiriman ke Cina sudah tidak ada sejak 2019. Hanya saja, terkait data ekspor dari pengiriman domestik yang transit di Surabaya dan Makassar tidak bisa di deteksi.

Volume pengiriman domestik ini yang justru besar. Di Tahun 2018, Roy menyebut dari Tarakan, Nunukan dan Sebatik mencapai 50.000 ton. Kemudian di tahun 2019 sekitar 49.000 ton, tahun ini per Februari baru menerbitkan sertifikasi rumput laut kering antar daerah, domestik 8.300 ton. Tidak diketahui, apakah di Makassar dan Surabaya dikirim ekspor semua atau hanya sebagian.

“Tapi, kita yakin dengan nilai sebesar ini untuk pangsa ekspor. Mungkin buyer-nya di sana (Makassar dan Surabaya), meminta dikirim via domestik. Apakah mengumpulkan rumput laut dari daerah lain, apakah Lombok atau wilayah Timur. Dikumpul, kemudian di ekspor. Ini yang kita tidak bisa justifikasi berapa, cuma potensinya ada untuk di ekspor,” jelasnya. (*)