Share:

IMK Di Kaltara Mengalami Peningkatan

-Kamis, 21 Maret 2019

TANJUNG SELOR, Koran Kaltara – Tahun politik yang akan dihelat pada tahun 2019 ini, dinilai menjadi momentum yang dapat meningkatkan produksi industri skala mikro dan kecil di Kalimantan Utara (Kaltara). Demikian disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara, Eko Marsoro.

Menurutnya, industri makanan dan percetakan merupakan sektor yang paling merasakan kenaikan permintaan. Mengingat, produk dari kedua industri tersebut, merupakan kebutuhan utama dalam kegiatan kampanye masing-masing calon.

“Mayoritas caleg tentu banyak mencetak macam-macam materi untuk kampanye. Bisa stiker, kalender, baliho dan lainnya. Begitupun dengan makanan juga pasti jadi kebutuhan utama,” kata Eko kepada Koran Kaltara, Senin (11/3/2019).

“Masa puncak permintaan ada di bulan ini sampai setelah pemilu berakhir. Dibanding tahun-tahun yang lain, tahun politik memang mampu mendorong lebih besar produksi industri skala mikro dan kecil,” lanjutnya.

Di lain sisi, Eko menilai, produksi industri skala mikro dan kecil di Kaltara, sudah memiliki tren peningkatan sejak pembentukan provinsi baru  lima tahun silam. “Dengan adanya provinsi baru, tentu lebih banyak kegiatan di sektor pemerintahan. Jadi produk yang dihasilkan ini semakin laku. Belum lagi melihat pertumbuhan penduduk dan kegiatan sektor swasta lainnya,” kata Eko.

Adapun berdasarkan pendataan yang dilakukan BPS Kaltara, produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) Triwulan IV tahun 2018, mengalami peningkatan sebesar 5,66 persen dibandingkan periode sama tahun 2017.

Beberapa jenis industri manufaktur yang mengalami kenaikan, terdiri dari industri furnitur sebesar 33,72 persen, industri barang galian bukan logam sebesar 31,97 persen, industri barang logam bukan mesin dan peralatannya sebesar 24,58 persen, industri alat angkutan lainnya sebesar 19,33 persen dan industri pakaian jadi sebesar 13,95 persen.

Adapun, industri manufaktur mikro dan kecil yang alami penurunan produksi di triwulan IV 2018, terdiri dari industri makanan sebesar 0,81 persen, industri minuman sebesar 34,94 persen, industri kayu, barang dari kayu dan anyaman rotan sebesar 52,3 persen dan  industri farmasi obat dan obat tradisional sebesar 36,32 persen.(*)

Reporter : Agung Riyanto

Editor : Eddy Nugroho