Share:

Industri Pengolahan Diprediksi Tumbuh Positif Di 2019

-Kamis, 21 Maret 2019

TANJUNG SELOR, Koran Kaltara – Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disperindagkop) Kalimantan Utara, Hartono menyampaikan, lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan akan tumbuh meningkat sepanjang tahun 2019.

Berdasarkan informasi yang ia dapatkan dari Laporan Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Kaltara Periode Februari 2019 yang dikeluarkan Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltara, tumbuhnya industri pengolahan dipengaruhi adanya peningkatan harga komoditas CPO global dan dicabutnya larangan impor CPO oleh negara di Eropa.

“Dengan kondisi tersebut, produksi CPO dalam negeri termasuk dari Kaltara ini bisa meningkat. Industri pengolahan kita saat ini kan core bussinesnya masih didominasi CPO. Jadi ketika produksi CPO meningkat,  tentu grafik pertumbuhan industrinya bisa sejalan,” kata Hartono saat dikonfirmasi Koran Kaltara, Kamis (14/3/2019).

Terkait faktor lain, dikatakan Hartono, cenderung berasal dari kondisi ekonomi global. Baik dari kebijakan India yang telah menurunkan bea masuk CPO dari Asia Tenggara  mulai 2 Januari 2019. Dimana tarif impor CPO turun dari 44 persen menjadi 40 persen.

“Hal ini dapat meningkatkan jumlah volume ekspor CPO dari Kaltara. Apalagi negara mitra dagang utamanya Kaltara untuk CPO juga salah satunya India,” ujar Hartono.

Kendati demikian, lapangan usaha industri pengolahan diprediksi akan stagnan terlebih dahulu pada triwulan I 2019 (Januari – Maret). Kondisi ini, disebabkan adanya  penurunan produksi komoditas pada pertanian. Penurunan produksi komoditas pertanian yang terjadi, dipengaruhi  kondisi cuaca dan adanya koreksi harga pada komoditas kelapa sawit di awal tahun.

Terkait kinerja industri pengolahan di tahun 2018, Hartono menjelaskan, industri pengolahan Kaltara tumbuh meningkat pada triwulan IV 2018. Dimana kinerja lapangan usaha industri pengolahan tumbuh 4,1 persen. “Angka ini lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh hanya 0,1 persen,” katanya.

Hartono mengatakan, peningkatan kinerja lapangan usaha industri pengolahan triwulan IV 2018 didorong oleh kenaikan produksi CPO. Produksi CPO mengalami perbaikan dengan  tumbuh 61,9 persen. Atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi negatif sebesar 31,6 persen.

Namun Hartono memberi catatan, meskipun mengalami kenaikan produksi, harga CPO tercatat masih berada dalam tren penurunan sepanjang tahun 2018. Sehingga secara level pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan, tergolong masih rendah.

“Harga CPO internasional pada triwulan IV 2018 ini USD458.4/mt. Lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD534/mt. Tren penurunan harga CPO di 2018 kan dampak dari isu negatif pelarangan ekspor produk olahan kelapa sawit Indonesia ke Eropa dan kenaikan tarif bea impor India. Daerah-daerah penghasil sawit memang sangat terpukul atas kondisi tersebut,” tutup Hartono.(*)

Reporter : Agung Riyanto

Editor : Eddy Nugroho