Share:

Komoditi Ekspor Andalan Kaltara Anjlok

-Senin, 4 November 2019

TANJUNG SELOR, Koran Kaltara – Kinerja ekspor hasil tambang Kalimantan Utara dari komoditi batu bara, anjlok 14 persen pada bulan September 2019. Dari USD90,84 juta atau setara Rp1,27 triliun (Mengacu Kurs Tengah BI 1/11 : Rp14.065) di Agustus 2019, menjadi USD78,03 juta (Rp1,09 triliun).

Dari data yang Koran Kaltara himpun dalam halaman resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara, diketahui kinerja ekspor komoditi emas hitam ini juga merosot sepanjang Januari sampai September 2019, ketika dibandingkan periode sama pada tahun lalu. Penurunannya mencapai 5,4 persen, atau dari USD689,13 juta (Rp9,69 triliun) menjadi USD651,92 juta (Rp9,16 triliun).

Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerjasama dan Alumi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), Amirullah Setya Hardi, sebelumnya menyampaikan, turunnya ekspor batu bara tidak terlepas dari melemahnya harga di pasar global.

Pengaruh perang dagang menjadi faktor penghambat kegiatan produksi industri negara-negara yang selama ini menjadi target pasar batu bara Indonesia. Di samping itu, kebijakan pembatasan impor yang diberlakukan India, turut menjadi sebab yang membuat kinerja ekspor batu bara Kaltara terkontraksi negatif.

“Kalau saya lihat, penurunan ekspor batu bara di Kaltara dan juga Indonesia, lebih karena kondisi di pasar global yang sedang tidak menentu. Terlebih di HBA yang terus menurun sepanjang tahun ini,” kata Amirullah saat dikonfirmasi kembali melalui sambungan telepon, Minggu (3/11/2019).

Lanjutnya,  perusahaan batu bara di Kaltara dan Indonesia secara umum memang perlu slow down terlebih dahulu dalam kegiatan operasional produksi. Langkah ini perlu diambil untuk mengantisipasi kerugian dan mendorong perbaikan harga di pasar global.

“Harus slow down dahulu dalam operasional produksi. Karena kalau tetap ditambang terus, biaya produksi juga tidak bisa tercover nantinya. Apabila ditimbun juga bisa berkurang kadar sulfur dan kandungan lain yang menjadi indikator kualitas,” kata Amirullah.

Di sisi lain, dia menilai kondisi bisnis batu bara yang menurun, belum berpengaruh besar terhadap keberlanjutan perusahaan. Karena skema perdagangan batu bara dilakukan melalui kerja sama kontrak dengan jangka waktu tertentu.

“Penjualan batu bara ini kan tidak ketengan (eceran). Ada perjanjian kerja sama yang ditandatangani berikut nominal harganya. Artinya memiliki sifat mengikat. Sehingga kalau meskipun sekarang turun, tidak akan mempengaruhi perusahaan. Tapi kalau ternyata saat ini sudah masuk kontrak baru untuk tahun depan, itu yang baru bikin pusing,” ulasnya.

Terpisah, Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Kaltara, Panca Oktianti menjelaskan, turunnya kinerja ekspor batu bara bisa berdampak negatif terhadap perekonomian daerah. Tidak hanya memberi andil besar terhadap ekspor secara akumulatif, batu bara juga memegang peran sentral dalam struktur Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) hingga saat ini.

“Kalau dilihat perannya, memang masih didominasi dari hasil tambang. Kalau misal di Kaltara tidak ada batu bara, otomatis ekspor tidak banyak, sehingga perekonomiannya juga bisa tidak sebaik sekarang,” jelas Panca, Jumat (1/11/2019).

Adapun Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltara, melalui Laporan Keuangan dan Ekonomi Regional (KEKR) Agustus 2019, telah memprediksi nominal ekspor batu bara sebagai komoditas utama ekspor Kaltara mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dari sisi pertumbuhan, nilai ekspor batu bara pada triwulan II 2019 tercatat turun 22,07 persen dibanding tahun sebelumnya. Angka tersebut, diketahui lebih dalam dari penurunan di triwulan I 2019 sebesar 2,49 persen.

Dari analisa BI, penurunan nilai ekspor batu bara dipengaruhi oleh kebijakan atas pembatasan impor batu bara oleh beberapa negara Asia Timur, khususnya Tiongkok. Di sisi lain, tren awal peningkatan harga minyak dunia akibat penurunan produksi negara OPEC, belum memberikan korelasi signifikan pada peningkatan harga komoditas batu bara.

Lebih lanjut, tren penurunan harga batu bara yang masih terjadi, diperkirakan BI yang akan menyebabkan nominal ekspor Kaltara kembali turun pada triwulan III 2019 ini. Mengingat rata-rata HBA periode Juli-Agustus 2019 yang tercatat USD71,9/ton, lebih rendah dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya sebesar USD105,8/ton.(*)