Share:

Menanti Kebangkitan Dunia Industri Indonesia

-Selasa, 26 Maret 2019

REPUBLIKA.CO.ID 

"Tidak ada yang bisa menggantikan industri menjadi pilar motor penggerak ekonomi. Pertanyaannya, mampukah kita melahirkan ini kembali?"

Sepenggal kalimat ini diungkapkan Menteri Koordinasi (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat memberi sambutan dalam Rapat Kerja Kementerian Perindustrian, di Gedung Bidakara, Jakarta, Selasa (16/2). Ungkapan ini disampaikan karena Darmin melihat bahwa dunia industri Tanah Air sudah lama terlelap dan sekaranglah waktu untuk bangkit dan menghidupkan kembali tulang punggung perekonomian.

Darmin menceritakan, Indonesia sebenarnya sempat merasakan kejayaan dengan perkembangan ekonomi yang cukup cepat di tahun 1970-an. Pembangunan fondasi ini tak lepas dari perkembangan industri yang sangat cepat dan kuat kala itu.

Meski memiliki struktur proteksi yang cukup rumit, Indonesia berhasil membuat sektor industri menjadi sumber besar dalam perkembangan perekonomian. Kenikmatan sektor industri akhirnya mulai goyah saat memasuki tahun 1980-an.

Perlambatan ekonomi membuat pemerintah berpikir ulang dan banting setir besar-besaran. Pemerintah kala itu mengubah banyak kebijakan. Hasilnya, perindustrian memang berjalan baik dan perdagangan terus berlangsung, tetapi Indonesia masih saja defisit.

 "Tahun 81-82, kita kembali banting setir. Ekonomi kita ditata ulang dari orientasi impor ke orientasi ekspor. Itulah di mana kata-kata paling sering diucap adalah ekspor nonmigas," lanjut Darmin.

Akan tetapi, menurut dia, saat ini semakin minimnya produksi migas dan jatuhnya harga komoditas sumber daya alam (SDM) akhirnya membuat sektor industri kembali lebih serius dikembangkan. Pengembalian sektor industri menjadi tulang punggung perekonomian pun akhirnya kembali dirasakan. Bukan hanya produksi yang bisa diekspor, sektor ini pun mampu menyerap tenaga kerja cukup besar.

Karena melalui peningkatkan sektor industri, hal ini bukan hanya bisa menumbuhkan devisa dari produksi yang nantinya menjadi bahan ekspor. Namun, industri juga mampu menyerap angkatan kerja yang cukup melimpah di Indonesia. "Dengan industri padat karya, produktivitas pun harus ditingkatkan. Produk yang dibuat sekreatif mungkin juga harus terus dikembangkan," kata Darmin.

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengungkapkan sasaran pembangunan industri, di antaranya meningkatkan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar 8,4 persen pada 2019. Selain itu juga meningkatkan kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap PDB sebesar 19,4 persen pada 2019. Terakhir, meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor industri sebesar 17,8 juta orang pada 2019.

Kebijakan pengembangan industri nasional pada peningkatan nilai tambah sumber daya alam pada industri hulu berbasis agro, mineral, serta migas dan batu bara. "Ini harus dilakukan demi penguatan struktur industri melalui pembangunan industri hulu yang diintegrasikan dengan industri antara dan industri hilirnya," kata Menteri Saleh dalam rilis yang diterima Republika.

Sumber daya industri juga didorong demi memenuhi kebutuhan tenaga kerja sektor industri rata-rata 600 ribu orang per tahun, penumbuhan 20 ribu wirausaha baru industri kecil, dan 4.500 usaha baru industri skala menengah dan sertifikasi tenaga kerja serta calon tenaga kerja.

Kebutuhan modal yang besar untuk mengembangkan industri hulu dan hilir juga menjadi konsentrasi Kemenperin. Untuk itu, diperlukan penyediaan sumber pembiayaan industri melalui penanaman modal pemerintah dalam pembangunan industri hulu dan industri strategis serta pemberian subsidi bunga pinjaman bagi industri prioritas.

rep: Debbie Sutrisno, 

ed: Ichsan Emrald Alamsyah