
Pasca Pemilu, Neraca Perdagangan Diprediksi Positif
-Kamis, 4 April 2019
TANJUNG SELOR, Koran Kaltara – Neraca perdagangan di Kalimantan Utara (Kaltara) melemah dari Januari 2019. Sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara, tercatat neraca perdagangan Kaltara pada bulan Februari surplus sebesar USD77,53 juta. Angka ini mengalami penurunan sebesar 15,29 persen jika dibandingkan neraca bulan Januari yang surplus sebesar US$91,52 juta.
Menanggapi hal itu, Gubernur Kaltara Irianto Lambrie mengatakan, perkembangan impor di provinsi baru ini memang memgalami kenaikan. Di sisi lain, ekspor justru mengalami penurunan. “Kenapa mulai Januari kemarin perdagangan kita minus atau negatif, Karena barang banyak kita datangkan (impor), yang kita jual (ekspor) keluar tidak ada. Banyak bahan pokok kita impor dari luar. Hal itu bukan berarti jelek, tapi itu tidak mendorong ekonomi kita bisa gerak lebih bagus,” katanya kepada Koran Kaltara, Rabu (3/4/2019).
Ekspor yang mendominasi di Kaltara adalah barang nonmigas khususnya sektor tambang. Menurut Irianto, produksi batu bara di Kaltara mengalami penurunan, sehingga berpengaruh pada angka ekspor dari provinsi ke-34 ini. “Karena batu bara turun produksinya, akibat dari pengurangan kuota (batu bara),” ungkapnya.
Kondisi ekonomi global sejauh ini juga masih melemah. Tidak hanya bagi Kaltara, daerah lain di Indonesia juga terkena dampak lesunya ekonomi dunia. “Pasar dunia juga lagi lesu, misalnya SPO. Itu berpengaruh kepada negatifnya neraca perdagangan kita. Tapi pada triwulan berikutnya, setidaknya Juni atau Juli, Insya Allah naik (neraca perdagangan) lagi,” sebut Irianto.
Pasalnya, lanjut Irianto, kondisi perpolitikan di Indonesia juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perekonomian. Tahapan pemilihan umum (pemilu) yang sedang berlangsung, membuat pelaku bisnis belum berani melalukan ekspansi.
“Sedang berproses Pilpres dan Pileg. Jadi pelaku bisnis pada umumnya menunggu dan tidak berani ekspansi. Mereka menunggu apa yang terjadi. Makanya setelah pilpres, kita optimis. Tentu yang paling penting negara kita tetap dalam stabilitas keamanan dan ketertiban,” bebernya. (*)
Reporter : Fathu Rizqil Mufid
Editor : Nurul Lamunsari