
Pemerintah Disebut Berhasil Jaga Lonjakan Harga
-Senin, 6 Januari 2020
- Bahan Makanan Tercatat Deflasi 1,14 Persen
TANJUNG SELOR, Koran Kaltara – Kinerja pemerintah di Kalimantan Utara tergolong menggembirakan dalam menjaga laju inflasi pada momen akhir tahun 2019. Demikian disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara, Eko Marsoro dalam Pers Rilis, Kamis (2/1/2020).
Berdasarkan hasil pendataan pada bulan Desember 2019, diketahui inflasi bulanan Kota Tarakan (barometer Kaltara) berada di angka 1,09 persen. Ini lebih rendah dibandingkan inflasi bulanan pada Desember 2018 sebesar 1,6 persen. Adapun untuk inflasi tahun ke tahun tercatat sebesar 1,47 persen. Tergolong juga lebih rendah dibanding tahun 2018 sebesar 5 persen.
“Ini berita menggembirakan, karena data inflasi di Desember 2019 menunjukkan perkembangan kenaikan harga di Kaltara tidak signifikan. Berbeda apabila dibandingkan tahun 2018 yang relatif terganggu, terutama karena harga tiket pesawat udara,” kata Eko.
Berbicara inflasi bulanan per kelompok pengeluaran, pendidikan menjadi sektor satu-satunya yang alami deflasi, yakni di angka 0,02 persen. Menurutnya, hal ini dikarenakan belum masuknya momen penerimaan peserta didik baru.
“Pendidikan mengalami deflasi karena tidak sedang terjadi momentum penerimaan anak didik. Biasanya inflasi untuk pendidikan tinggi di bulan Juli,” ujar Eko.
Adapun sektor dengan laju inflasi tertinggi, dikatakan Eko masih berada di kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Namun fluktuasinya juga mengalami penurunan, yakni dari 7,69 persen menjadi 4,56 persen.
“Untuk saat ini memang wajar kalau inflasi kelompok transportasi paling tinggi di bulan Desember. Karena demind (permintaan) angkutan udara masyarakat tinggi, sedangkan supply (pernawaran) rendah. Jadi masih tinggi harganya. Berbeda dengan misal di Jakarta, pesawat kan selalu ada saja,” jabar Eko.
Lanjutnya, kelompok lain yang juga tergolong tinggi di Desember 2019 adalah perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,22 persen. Dari pendataan yang dilakukan, setidaknya tren inflasi kelompok ini salah satunya ditandai dengan meningkatnya harga seng.
“Ada tiga kemungkinannya. Satu, masyarakat yang berbenah diri dengan memperbaiki rumahnya menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru kemarin. Kedua, bisa jadi karena masukya musim penghujan yang menyebabkan atap rumah bocor. Ketiga, bisa jadi karena pasokan dari luar yang minim,” ulasnya.
Adapun pada inflasi kelompok bahan makanan yang secara pola historis kerap melonjak di akhir tahun, disampaikan Eko untuk Desember 2019 mulai terjadi penurunan. Atau dari 1,93 persen menjadi 0,06 persen. Bahkan untuk penghitungan inflasi tahunan, diketahui kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 1,14 persen.
“Yang relatif rendah juga ada di bahan makanan. Kita harus bersyukur, karena sebelumnya ini yang paling banyak ditakuti masyarakat dan pemerintah saat akhir tahun. Tapi untuk Desember 2019, terdata sebagian besar komoditi bahan makanan alami penurunan. Ini yang memang kita mau di Kaltara,” papar Eko.
Kendati demikian, Eko menekankan bahwa pemerintah masih harus terus menunjukkan kinerja pengendalian harga yang maksimal. Mengingat inflasi bulanan di Kota Tarakan pada Desember 2019 menempati urutan empat tertinggi secara nasional di bawah inflasi Kota Tanjung Pinang sebesar 1,17 persen.
Sedangkan dibanding kota lain di Pulau Kalimantan, inflasi Tarakan bahkan menempati posisi puncak. Yakni dengan perbandingan inflasi Kota Sampit yang setingkat di bawahnya sebesar 0,70 persen.
“Dari data ini, perlu pemerintah pahami bahwa upaya pengendalian dan penurunan level harga masih harus terus dilakukan. Sehingga ada tren yang lebih baik lagi sepanjang tahun 2020 ke depan,” tutup Eko.(*)