Share:

Pergerakan Harga Kaltara Paling Positif Di Kalimantan

-Rabu,4 September 2019

TANJUNG SELOR, Koran Kaltara – Pergerakan harga di Kota Tarakan sebagai barometer Kalimantan Utara yang mengalami deflasi 0,92 persen, diketahui menjadi yang paling positif dibanding kota lain di Pulau Kalimantan pada bulan Agustus 2019.

BPS Kaltara mencatat,  kondisi pergerakan harga mayoritas kota di Kalimantan yang menjadi barometer penghitungan, memang tergolong positif di Agustus 2019. Dari sembilan kota yang menjadi lokasi pendataan, tujuh di antaranya mengalami deflasi dengan rentang 0,15 persen hingga 0,92 persen. Adapun dua lainnya yang terdiri dari Samarinda dan Banjarmasin inflasi 0,07 persen dan 0,09 persen.

Pada tingkat nasional, diketahui pergerakan harga di Tarakan menjadi yang terbaik ke empat dibanding 82 kota lainnya. Dengan perbandingan di atasnya yakni Kota Bau-Bau deflasi 2,10 persen, Kota Kendari dengan deflasi 1,56 persen dan di Kota Manado yang catat deflasi 1,5 persen.

Berdasarkan data yang dihimpun Koran Kaltara, pola perkembangan pergerakan harga pada Agustus 2019 kembali mengikuti pola di Agustus tahun  2016 dan 2017. Dimana pada kedua tahun tersebut, Kaltara deflasi berturut-turut sebesar 0,43 persen dan 0,8 persen. Pola tersebut sempat berubah di Agustus 2018 dengan terjadinya inflasi sebesar 0,62 persen.

Kepala BPS Kaltara, Eko Marsoro menyampaikan, pergerakan harga positif memang dibutuhkan agar kemampuan daya beli masyarakat tetap terjaga. Sehingga pada akhirnya bisa berimplikasi terhadap pertumbuhan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

“Dengan adanya deflasi, kemampuan daya beli masyarakat akan tetap terjaga. Artinya tingkat kesejahteraan memiliki peluang besar untuk terus meningkat,” kata Eko, Senin (2/9/2019).

Dari sisi pelaku ekonomi, salah satu pemilik usaha makanan jadi di Tanjung Selor, Nurwandi mengakui bahwa pihaknya sangat membutuhkan harga stabil dan penurunan level harga bahan baku yang bisa mendukung daya beli masyarakat. Karena ketika harga bahan baku bisa lebih murah, turut berpengaruh terhadap harga yang diberikan kepada konsumen.

Sepanjang tahun 2019 ini, dirinya mengatakan bahwa harga bahan baku memang tergolong dapat dijangkau dan tidak memberi intervensi negatif terhadap kondisi keuangan usahanya. Namun ia berharap agar kedepan bisa ada perhatian lebih pada bulan-bulan tertentu yang kerap terjadi kenaikan harga cukup tinggi.

“Sepanjang tahun 2019 ini memang harga cukup stabil di sini. Cuma waktu mendekati lebaran dan beberapa minggu setelahnya yang harga-harga menjadi mahal,” ungkap Nurwandi.

Ditanya harapannya terhadap peran pemerintah, dia lebih menginginkan agar semakin banyak masyarakat pendatang yang masuk ke Kaltara. Sehingga pangsa pasar pelaku usaha bisa semakin luas dan heterogen.

“Selain harga yang stabil, saya harap semakin banyak lagi pendatang masuk sini. Kalau untuk sekarang, jumlah masyarakat di sini terhitung masih sedikit. Sulit bagi kita untuk berkembang cepat kalau sasaran pasar kita minim,” ujarnya.(*)